Harga Rp. 95.000 (Bebas Pajak) DPP Nilai Lain Rp. 0 DPP PPh Rp. 95.000 PPN 12% Rp. 0
Negosiasi harga dapat dilakukan di Keranjang Belanja.SKU | : | GAM SR-00771 |
Tag PPN | : | Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama dengan harga yang relatif terjangkau masyarakat umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama dengan harga yang relatif terjangkau masyarakat |
Status Produk | : | Baru |
Kategori | : | Pengetahuan Dan Keterampilan |
Merk | : | Republika |
Buatan Indonesia | : | Ya |
UMKM | : | Tidak |
Panjang | : | 23 cm |
Lebar | : | 15 cm |
Tinggi | : | 2 cm |
Berat | : | 320 gram |
“Saya berterima kasih kepada penulis buku ini, yang mengupas sejarah Hadratu al-Wâlid dari sisi kebangsaan dan kenegaraan yang dibingkai dengan kesantrian” —KH. Muhammad Najih, Putra Kedua Mbah Moen “Mbah Moen yang saya ketahui:… Pertama, “Orang yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya, baik amalnya,” (HR at-Tirmidzi). Maka 1928-2019 kehidupan Mbah Moen menjadi bukti kebenaran hadis ini. …Empat, Mbah Moen berhasil mendidik putra-putra beliau menjadi ulama level internasional. …Lima, Mbah Moen model ulama yang seimbang antara: Tarbawy (pendidikan), Suluk (spiritual) dan Siyasah (politik)…. Enam, Mbah Moen seorang ulama yang berintegritas, zuhud dan wara’. —Datuk Seri Ulama Setia Negara Prof. H. Abdul Somad, Lc., MA., Ph.D., Visitting Professor pada Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam Keteladanan dalam mengelola perbedaan dengan penuh kesantunan menjadi salah satu jejak Mbah Moen yang tak akan pernah terlupakan. Karena kearifannya dalam menyikapi perbedaan pendapat, ia seringkali menjadi tempat berlabuh banyak kalangan. Mbah Moen mampu merekatkan semboyan Bhineka Tungkal Ika di tengah koyaknya menghargai perbedaan. Karenanya, tidak salah kalau Mbah Moen disebut sebagai Kiai Perekat bangsa. Buku ini akan mengupas jejak-jejak Mbah Moen, terutama dalam kaitannya dengan kebangsaan. “Bukan berlebihan kalau kita menyebut Mbah Moen adalah seorang waliyullah. Buku biografi ini merekam dengan sangat baik jejak-jejak Mbah Maimoen Zubeir untuk bisa kita teladani, wajib dibaca para santri dan para perindu keteladanan sejati.” —Habiburrahman El Shirazy, Sastrawan Pecinta Ulama